adsbygoogle

Senin, 27 Juni 2016

Cerita Kita Tentang Guru Agama Dan Meterai



Ini Cerita Kita  yang sebenarnya disini

Teriknya matahari di siang bolong dengan langkah kaki tergontai sang profesor memasuki halaman rumahnya dengan menaiki anak tangga.  Akibat kelelahan dari tempat kerja sangprofesor menghampiri bangku panjang yang ada di samping rumahnya.  Di  bahu kanan tergantung seutas tali dan  diujung tali  tergantung sebuah tas berwarna hitam berisikan peralatan kerja.  Nampak di wajah sang profesor terlihat jelas kerutan  dahi dengan jelas  seolah-olah hari itu tidak bersahabat dengannya.  


Dengan  nada kesal sambil berteriak ia memanggil Yance... Yance...Yance...
Mendengar teriakan dibalik pepohonan rimbun,  suara memanggil  terdengar jelas di telinga Yance. Sambil berlari mendekati arah suara memanggil, Yance bertanya dalam hatinyai entah apa yang telah terjadi ? Dengan napas yang terengah-eangah Yance menghampirinya lalu bertanya, “ ada apa guru ? 
Dari mana saja kamu saat saya panggil tadi ! Yance belum menjawab pertanyaan sang profesor berkata, “  

Sudah baca koran hari ini apa belum ? “
Sambil berkata  demikian kedua tangan bergerak membuka resleting tas hitam yang ia bawah. Sambil mengeluarkan isi tas sebuah exemplar koran daerah terlihat.  Kebetulan sang profesor juga seorang loper koran ibu kota sebagai tugas tambahan dalam mengais rejeki disamping tugas pokoknya.

Yance  mengambil koran dari tangan sang  profesor, namun belum sempat dibaca sang profesor bercerita.
Berita koran hari ini dikatakan bahwa, batas waktu mengurus surat-surat kelengkapan untuk pembayaran gaji  tinggal satu minggu lagi.  Dalam koran dikatakan bahwa surat ini sebagai salah satu  persyaratan untuk menerima pembayaran gaji.  

Dengan nada kesal sang profesor berkata,  “Orang-orang di Kantor kerjanya tidak benar, apa yang mereka lakukan hanya duduk nongkrong,  habis jam kantor pulang,  kerja apa saja mereka  selama ini.  Apa bila sudah tidak ada kerja lagi sebaiknya berhenti saja.    Kami disini boleh kerja setengah mati mau kerja RPP apa urus anak-anak.  Ini tidak gampang o.., dengan logat kental Lembata karena sang profesor orang asli  dari Lembata tepatnya di desa Hab Hipet. 

Dengan tenang Yance mendengar cerita yang dituturkanoleh sang profesor padanya dengan nada geram. Tiba-tiba anak dari sang profesor berlari menghampiri keduanya sambil berkata, “ bapa ada SMS dari Kantor katanya ada rapat penting sore ini. Mendengar perkataan yang disampaikan  Solot  sang buah hati lalu ia berkata,’ baik anaku sayang bapa akan ikut rapat nanti nati sore.
Setibanya di kantor akibat amarah yang terpendam dari rumah,  tanpa berpikir panjang sang profesor berbicara tanpa berpikir panjang.

Dalam hati ia berkata, kami ini guru profesional, guru agama yang mengajar tentang nilai moral, kejujuran.  Dengan nada emosi sang profesor berkata dengan nada keras, kami selama ini orang kantor sudah bohong kami.  Kami selama ini dipungut perangko dua buah, ada apa ini sebenarnya. Kami sudah menempel perangko  di dalam surat dan sudah ditanda tangani lalu perangko yang satunya di kemanakan dijual atau diapakan oleh orang yang mengumpul perangko  tanya sang profersor dengan nada emosi. Semua orang yang mengikuti rapat sontak tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang dikatakan sang profesor.

Karena emosinya maksud yang ingin disampaikan sebenarnya  METERAI  bukan  PERANGKO. 

Yang  menjadai Pertanyaan buat kita

1.             Apa yang saya katakan ini perna saya laksanakan( telusuri hati nurani kita masing-masing )

2.              Tugas dan Fungsi kita masing-masing : bisa kita jawab sendiri dengan hati nurani kita

3.              Perbedaan antara Guru Agama dan Guru Ekonomi
Guru Agama Mengajar tentang Kejujuran, moral,  apakah ia jujur dalam tugas dan tanggungjawab  ????
-  Guru Ekonomi mengajar tentang rumus untung/rugi, ia mengerti akan tugas dan tanggung para pekerjanya, tentu ia akan menilai hasil kerja dan akan menghargai hasil pekerjaan orang tersebut. 

4.              Sudah Pernakah anda memberi dari kekurangan/kelebihan ? jawaban lasimnya, ini hak saya dan itu tugasnya

5.             Adakah hati nurani dalam pelayanan kita ? 

6.              Dalam cerita  METERAI   kita akan menilai begitu bodoh dan rakusnya kita  dalam menilai orang lain tentang harta karena,  dimana hatimu berada disitu hartamu berada.

Guru Agama berkata,  itu perbuatan yang salah karena yang dibutuhkan itu satu bukan dua meterai namun, dibantah oleh Guru Ekonomi  bawah itu perbuatan benar karena itu untuk pertanggung jawab administari.  

Jika kata-kata itu keluar dari mulut berasal dari dalam hati nurani maka akan MEMETERAIKAN hidup dari perbuatan namun, jika kata-kata itu keluar dari dalam mulut berasal dari pikiran maka akan memerdekakan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar